Al Haliim Blog

Dakwah Islam, Kisah Islami, Cerita Inspiratif, Motivasi

Sunday 26 June 2016

Kisah Perbuatan Maksiat dan Paku di Tiang

Kisah Perbuatan Maksiat dan Paku di Tiang - Hallo sahabat Al Haliim, Pada sharing kali ini yang berjudul Kisah Perbuatan Maksiat dan Paku di Tiang, saya telah menyediakan informasi dari awal sampai akhir yang dirangkum dari berbagai sumber. mudah-mudahan isi postingan yang saya tulis ini dapat anda pahami. Baiklah Sahabat, langsung aja ni dia informasinya.

artikel : Kisah Perbuatan Maksiat dan Paku di Tiang
Bismillahirrahmanirrahim

Paku di Tiang
Diceritakan dalam kisah ini, hiduplah seorang Muslim yang memiliki seorang anak lelaki bernama Taufik. Taufik tumbuh menjadi seorang pemuda yang lalai menunaikan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang Muslim. Meskipun telah banyak nasihat, ajakan serta pertuah dari bapaknya agar Taufik seyogianya mengerjakan shalat, puasa, dan amal-amal saleh lainya, namun Taufik tetap meninggalkanya. Malah, ia lebih suka mengerjakan pekerjan-pekerjaan maksiat. Taufik suka berjudi, mabuk, menipu, prostitusi serta berbagai kemaksiatan lainya.

Suatu hari, bapaknya memanggil Taufik, dan berkata, "Anakku, aku melihat engkau selalu lalai dalam beribadah sebagaimana layaknya seorang muslim yang baik, malah sebaliknya engkau lebih suka berbuat maksiat. Mulai hari ini, setiap kali engkau berbuat maksiat maka aku akan menancapkan sebatang paku pada tiang di halaman rumah kita. Akan tetapi, setiap kali engkau berbuat satu amal kebajikan maka aku akan mencabut sebatang paku dari tiang itu.

Sesuai dengan janji yang telah diikrarkannya, maka setiap hari saat ia mengetahui Taufik berbuat bermaksiat, bapaknya menancapkan beberapa batang paku pada tiang itu. Kadang-kadang, dalam satu hari, ia bisa menancapkan puluhan paku pada tiang itu dan Ia jarang sekali mencabut paku itu keluar dari tiang karena Taufik nyaris tidak pernah beramal saleh.

Hari demi hari berganti, minggu demi minggu berlalu, bulan pun berganti bulan, tidak terasa tahun demi tahun pun terus berputar. Tiang yang berdiri di halaman rumah Taufik nyaris dipenuhi paku mulai dari bawah hingga ke atas. Hampir setiap permukaan tiang itu di penuhi paku bahkan ada paku-paku yang sudah berkarat karena hujan dan panas. Suatu hari Taufik berjalan melintasi tiang yang penuh paku itu di halaman rumahnya iapun membelalakan matanya, timbullah rasa malu pada diri Taufik, muncul tekad yang kuat untuk bertobat dan memperbaiki dirinya.

Mulai saat itu juga, Taufik mulai mengerjakan shalat. Hari itu saja, lima batang paku telah di cabut bapaknya dari tiang itu. Besoknya, Taufik shalat lagi di tambah dengan shalat sunnah sehingga paku-paku yang melekat pada tiang di halaman rumahnya itu semakin banyak yang di cabut oleh bapaknya. Hari berikutnya Taufik meninggalkan sisa-sisa maksiat yang masih melekat sehingga semakin banyaklah paku-paku yang di cabut bapaknya. Hari demi hari, semakin banyak kebaikan yang Taufik lakukan, dan semakin banyak maksiat yang ditinggalkanya, hingga akhirnya hanya tinggal sebatang paku yang masih melekat pada tiang itu. Kemudian bapaknya memanggil Taufik dan berkata, "Lihatlah anakku, ini paku terakhir dan aku akan segera mecabutnya. Sekarang Tidakkah engkau gembira?" Taufik terdiam sambil memandang tiang itu. Ia bukanya gembira seperti dugaan bapaknya, Taufik malah menangis terisak-isak.

"Kenapa anakku?" tanya bapaknya, "Aku menyangka, engkau tentu akan gembira karena semua paku itu telah aku cabuti." Dalam tangisnya, Taufik berkata, "Wahai bapakku, sungguh benar apa yang engkau katakan, paku-paku itu telah tiada, tetapi aku bersedih karena parut-parut lubang dari paku itu tetap membekas di tiang, bersama dengan karatnya. Begitu pula dengan kemaksiatan yang telah aku lakukan. Bekas dan karatnya pun masih ada. Bantulah aku agar aku bisa menjadi lebih baik lagi". Bapaknya pun langsung mengiyakannya. Ia memeluk Taufik dengan perasaan haru dan bahagia, melihat Taufik telah kembali ke jalan yang lurus.

Kisah di atas telah menjadi sebuah pelajaran bagi kita, agar kita senantiasa memperbaiki diri, segera berhijrah dari perbuatan yang tadinya sangat dibenci oleh Allah SWT. menjadi seorang yang taat dan senantiasa memohon ampun dan bertobat dari perbuatan dosa yang pernah dilakukan. Allah SWT. adalah Tuhan Yang Maha Pengampun, Pengasih dan Maha Penyayang bagi hambanya yang ingin bertobat dan memperbaiki diri agar menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat untuk diri sendiri atau bahkan untuk orang lain.

Sisa atau bekas dosa yang telah kita perbuat akan tetap ada, namun untuk hambanya yang bersungguh-sungguh memohon ampunan dan bertobat, Allah SWT akan menghapus dan membersihkan bekas dosa yang kita perbuat, karena sesungguhnya ampunan Allah itu amat luas dan bahkan lebih luas dibanding luas bumi dan langit.




Demikianlah Informasi tentang Kisah Perbuatan Maksiat dan Paku di Tiang

Sekian Artikel Kisah Perbuatan Maksiat dan Paku di Tiang, mudah-mudahan bisa memberikan manfaat untuk anda semua. baiklah, Itulah postingan kali ini.

Anda sedang membaca artikel Kisah Perbuatan Maksiat dan Paku di Tiang Semoga artikel ini bisa bermanfaat. Terima Kasih Telah Berkunjung dan Jangan Lupa Share Ke Media Social.

Tag : , , ,
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Kisah Perbuatan Maksiat dan Paku di Tiang

0 comments:

Post a Comment