Al Haliim Blog

Dakwah Islam, Kisah Islami, Cerita Inspiratif, Motivasi

Tuesday, 28 June 2016

Filosofi LISAN Ali bin Abu Thalib

Filosofi LISAN Ali bin Abu Thalib - Hallo sahabat Al Haliim, Pada sharing kali ini yang berjudul Filosofi LISAN Ali bin Abu Thalib, saya telah menyediakan informasi dari awal sampai akhir yang dirangkum dari berbagai sumber. mudah-mudahan isi postingan yang saya tulis ini dapat anda pahami. Baiklah Sahabat, langsung aja ni dia informasinya.

artikel : Filosofi LISAN Ali bin Abu Thalib
filosofi ali
Bismillahirrahmanirrahim

Ali bin Abu Thalib adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang paling awal memeluk agama Islam (Assabiqunal Awwalun), beliau adalah sepupu Rasullullah SAW., putera Abu Thalib paman Rasulullah SAW dan dikawinkan dengan puterinya yang bernama Fatimah yang dari pihak inilah Rasulullah memperoleh keturunan.

Ali dilahirkan di Mekkah, di daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Rasulullah Muhammad SAW., sekitar tahun 600 Masehi. Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib. Namun Rasullullah SAW., tidak menyukainya dan memanggilnya Ali yang berarti memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah.

Ali bin Abu Thalib semanjak kecilnya sudah dididik dengan adab dan budi pekerti Islam, dia termasuk orang yang sangat fasih berbicara dan pengetahuannya juga tentang Islam sangat luas sehingga tidak heran dia adalah salah satu periwayat yang terbanyak meriwayatkan hadits Rasulullah SAW.  Berikut ini adalah filosofi Ali bin Abu Thalib tentang LISAN
  • Lisan orang mukmin bermula dari belakang hatinya, sedangkan hati orang munafik bemula dari belakang lisannya.
  • Tidaklah lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tidak akan lurus hatinya sehingga lurus lisannya.
  • Demi Allah, tidaklah aku melihat seorang hamba bertaqwa dengan taqwa yang membawa manfaat baginya sehingga dia menyimpan lisannya.
  • Sesungguhnya lisan ini senantiasa tidak mematuhi pemiliknya.
  • Berbicaralah, niscaya kalian akan dikenal karena sesungguhnya sese­orang tersembunyi di bawah lisannya.
  • Ketenangan seseorang terdapat dalam pemeliharaannya terhadap lisannya.
  • Lisanmu menuntutmu apa yang telah engkau biasakan padanya.
  • Lisan laksana binatang buas, yang jika dilepaskan, niscaya ia akan menggigit.
  • Jika lisan adalah alat untuk mengekspresikan apa yang muncul dalam pikiran, maka sudah seyogyanya engkau tidak menggunakan­nya dalam hal yang tidak ada dalam pikiran itu.
  • Perkataan tetap berada dalam belenggumu selama engkau belum mengucapkannya. Jika engkau telah mengucapkan perkataan itu, maka engkaulah yang terbelenggu olehnya. Oleh karena itu, simpanlah lisanmu, sebagaimana engkau menyimpan emasmu dan perakmu. Ada kalanya perkataan itu mengandung kenikmatan, te­tapi ia membawa kepada bencana.
  • Sedikit sekali lisan berlaku adil kepadamu, baik dalam hal menye­barkan keburukan maupun kebaikan.
  • Timbanglah perkataanmu dengan perbuatanmu, dan sedikitkanlah ia dalam berbicara kecuali dalam kebaikan.
  • Sesungguhnya ada kalanya diam lebih kuat daripada jawaban.
  • Jika akal telah mencapai kesempurnaan, maka akan berkuranglah pembicaraannya.
  • Apa yang terlewat darimu karena diammu lebih mudah bagimu untuk mendapatkannya daripada yang terlewat  darimu karena per­kataanmu.
  • Sebaik-baik perkataan seseorang adalah apa yang perbuatannya membuktikannya.
  • Jika ringkas (dalam perkataan) sudah mencukupi, maka memper­banyak (perkataan) menunjukkan ketidakmampuan mengutarakan sesuatu. Dan jika ringkas itu dirasa kurang, maka memperbanyak (perkataan) wajib dilakukan.
  • Barangsiapa yang banyak bicaranya, maka banyak pula kesalahan­nya; barangsiapa yang banyak kesalahannya, maka sedikit malu­nya; barangsiapa yang sedikit malunya, maka sedikit wara’nya‘ (kehati hatian dalam beragama); barangsiapa yang sedikit wara’nya, maka mati hatinya; dan barangsiapa yang mati hatinya, maka dia akan masuk neraka.
Alhamdulillah, Materi postingan ini dikirim by email oleh sahabat saya Haris Risyana dan kami publikasikan kembali, semoga bermanfaat bagi pengunjung blog ini


Demikianlah Informasi tentang Filosofi LISAN Ali bin Abu Thalib

Sekian Artikel Filosofi LISAN Ali bin Abu Thalib, mudah-mudahan bisa memberikan manfaat untuk anda semua. baiklah, Itulah postingan kali ini.

Anda sedang membaca artikel Filosofi LISAN Ali bin Abu Thalib Semoga artikel ini bisa bermanfaat. Terima Kasih Telah Berkunjung dan Jangan Lupa Share Ke Media Social.

Tag : , , ,
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Filosofi LISAN Ali bin Abu Thalib

0 comments:

Post a Comment